Powered By Blogger

Selasa, 04 Oktober 2011

Mengagungkan Cinta Karena Mencintai Allah

February 4, 2008 sussyas
email dari seorang teman, cerita yang mengahurukan, jadi ingat almarhum bapakku, yang begitu ikhlas merawat ibuku yang sakit, dirawatnya sampai maut menjemput…
Jazakallah Bil Jannah (semoga Allah menggati semua kebaikan almarhum bapak ibuku dengan surga, amin…)
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja
bahkan sudah mendekati malam, pak Suyatno 58 tahun, kesehariannya diisi
dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah
sudah lebih 32 tahun
Mereka dikarunia 4 orang anak. Setelah istrinya melahirkan anak ke empat,
disinilah awal cobaan menerpa, tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa
digerakkan itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga seluruh
tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang. Lidahnyapun sudah
tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan
mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia
letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum, untunglah tempat usaha pak Suyatno tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan
siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan
selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan
apa2 saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak
Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap
berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia
merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka.
Sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka
sambil menjenguk ibunya. Setelah anak2 menikah, mereka tinggal dengan
keluarga masing2. Pak Suyatno sudah lama memutuskan bahwa dia yang merawat
ibu anak2nya dan yang dia inginkan hanya satu yaitu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata “Pak, kami ingin
sekali merawat ibu karena semenjak kami kecil, kami melihat bapak merawat
ibu dan tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak. bahkan bapak
tidak ijinkan kami menjaga ibu”. Dengan air mata berlinang anak itu
melanjutkan kata2nya : “Ini sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak
menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati
masa tua bapak. Dengan berkorban seperti ini kami tidak tega melihat
bapak, kami janji kami akan merawat ibu bergantian”.
Pak Suyatno menjawab dengan jawaban yg tidak diduga anak2 mereka : “Anak2ku
Jikalau hidup didunia ini hanya untuk nafsu Mungkin bapak akan menikah
lagi, tapi ketahuilah bahwa dengan adanya ibu kalian disampingku itu, sudah
lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian”…….. .. sejenak
kerongkongannya tersekat, “Kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini
dengan penuh cinta, yang tidak satupun dapat menggantikannya, dengan
apapun. Coba kalian tanya ibumu, apakah dia menginginkan keadaanya seperti
Ini ?”…. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia
meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang”. ” Kalian menginginkan bapak
yg masih diberi Allah kesehatan ini, dirawat oleh orang lain ?” “Bagaimana
dengan ibumu yg masih sakit ?”
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak Suyatno dan merekapun melihat butiran2
kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno…..dengan pilu ditatapnya mata suami
yg sangat dicintainya itu..
Sampailah akhirnya pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta
untuk menjadi nara sumber di acara islami selepas shubuh, Mereka mengajukan
pertanyaan kepada pak Suyatno bagaimana caranya mampu bertahan selama 25
tahun merawat istrinya yg sudah tidak bisa apa2. Di saat itu pak Suyatno
menangis. Tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum perempuanpun juga
tidak sanggup menahan haru. Di situlah pak Suyatno bercerita :” Jika
manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta tapi dia tidak mencintai
karena Allah, maka semuanya akan luntur. Saya memilih istri saya menjadi
pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat
saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya, bukan dengan lahiriah saja,
dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..”
Sekarang dia sakit, berkorban untuk saya, karena Allah….. dan itu merupakan
ujian bagi saya, sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia
sakit. Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya dapat bercerita
kepada Allah. Di atas sajadah.. saya yakin…. hanya kepada Allah saya
percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya..

Menggapai Ridho Allah Melalui Orang Tua


                            
Saudaraku .......
Kenanglah wajah ibu kita yang kian menua, padahal kita dulu 9 bulan di perutnya, merasakan mual, muntah, berjalan terasa berat, dan berbaring pun terasa sulit tapi orang tua kita tetap ridho…  
Kenanglah ayah kita yang membanting tulang mencari nafkah agar kita tumbuh menjadi janin yang sehat.
Ketika ibu melahirkan kita, bersimbah darah dan air mata.. Ingatlah, ibu kita meregang nyawa antara hidup dan mati, itulah saat kelahiran kita, tapi ibu tetap bahagia Ditatapnya diri kita dan didekapnya, padahal hampir-hampir saja nyawanya sirna. Dua tahun kita menyusui. Malam kita kotori dan kencingi pakaiannya. Tetapi ibu tetap sabar, sampai tiada rela seekor nyamukpun menggigit kita.
Ya Allah Yang Maha Agung Ampuni jika hati kami penuh dengan kebencian dan kedendaman kepada ibu bapak kami, Ampuni jika hati ini kotor kepada keduanya, Ampuni jika perilaku kami menyakiti hatinya.
Hati-hatilah saudaraku, sering kita dengar orang yang mati dalam keadaan penuh dosa, dikutuk dan dilaknat oleh orang tua karena kedurhakaannya. Alangkah pedihnya bagi orang tua yang memiliki anak durhaka jauh dari agama tidak tahu bagaimana mengurus mayat bapak ibunya, yang tahu hanyalah berebut warisan dan saling menyakiti…
Duhai Allah Yang Maha Mengetahui Yang Maha Agung Golongkan orang tua kami menjadi orang tua yang Engkau ampuni seluruh dosanya, Muliakanlah dengan ketaatan sepanjang hayatnya, Jadikan akhir hayatnya menjadi khusnul khatimah Jadikan mereka ahli surga.
Bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara-saudaraku.. Jalan yang haq dalam menggapai Ridho ALLAH melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Quran, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, ALLAH memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua.
Dalam surat Al-Isra' ayat 23-24, ALLAH berfirman: "Dan Robb-mu telah memerintahkan kepada manusia, janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak kedua-nya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasing sayang. Dan katakanlah, 'Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil'
Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat An-Nisa:36, ALLAH berfirman:
"Dan sembahlah ALLAH dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, kepada kaum kerabat, kepada anak-anak yatim, kepada orang-orang miskin, kepada tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya, sesungguhnya ALLAH tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri"
Dalam surat Al-Ankabut:8, tercantum larangan mematuhi orang tua yang kafir kalau mereka mengajak kepada kekafiran. "Dan Kami wajibkan kepada manusia (berbuat) kebajikan kepada orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kem-balimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan"
Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua dan Pahalanya
  1. Adalah amal yang paling utama, sesuai sabda Rosululloh:"Aku bertanya kepada Nabi tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai ALLAH. Nabi menjawab, 'pertama sholat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan sholat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan ALLAH" (HR. Bukhori I/134, Muslim no 85)
  2. Ridho ALLAH tergantung kepada ridho orang tua, sesuai sabda Rosululloh: "Ridho ALLAH tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka ALLAH tergantung kepada kemurkaan orang tua" (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)
  3. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal sholeh tsb. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu 'Umar mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorang-nya bertawasul dengan bakti kepada ibu bapaknya. (HR Bukhori dalam Fathul Bari 4/449 no 2272, Muslim (2473)(100))
  4. Akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur kita, sesuai sabda Nabi: "Barangsiapa yang suka diluaskan rizki dan dipanjangkan umur-nya maka hendaklah ia menyambung tali silaturrohmi" (HR Bukhori 7/7, Musilim 2557, Abu Dawud 1693) Dalam silaturrohmi, yang harus didahulukan adalah silaturrohmi kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk bersilaturrohmi kepada kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya insya' ALLAH akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.
  5. Akan dimasukkan surga (jannah) oleh ALLAH. Dosa-dosa yang ALLAH segerakan adzabnya di dunia diantaranya adalah berbuat zalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, ALLAH akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin ALLAH.
Bentuk dan Akibat Durhaka kepada Kedua Orang Tua
  1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih atau sakit hati.
  2. Berkata 'ah' dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
  3. Membentak atau menghardik orang tua.
  4. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurusi orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
  5. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, 'kolot', dan lain-lain.
  6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri, maka tidak mengapa, dan karena itu anak harus berterima kasih.
  7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
  8. Mendahului taat kepada istri daripada kepada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan... Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan RasulNya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat kebaikan lainnya kepada orang tuanya.
  9. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu adalah sikap yang sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
Bentuk-bentuk Berbakti kepada Orang Tua
  1. bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi saw disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin termasuk shodaqoh, lebih utama lagi kalau memberi kegembiraan kepada orang tua kita.
  2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara kepada kedua orang tua dengan kepada anak, teman atau dengan yang lain. Berbicaralah dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua.
tawadhu' (rendah diri). Tidak boleh kibr (sombong) apabila sudah meraih sukses atau memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolonBetapa pun besar pengorbanan seorang anak kepada orang tuanya, semua itu tidak lah bisa melunasi segala jasa dan jerih payah yang telah mereka curahkan kepada kita. Dan betapa pun kita ingin membalas budi baik mereka, balasan kita belum ada bandingnya dengan pengorbanan yang selama ini mereka lakukan. Jasa mereka kepada kita bagaikan sinar sang surya yang tak putus-putusnya menyinari. Jerih payah mereka bagaikan air yang terus mengalir ke hilir. Pengorbanan mereka kepada kita bagaikan jalan yang tanpa akhir, semakin kita telusuri, semakin kita tidak tahu di mana jalan itu berakhir.
Mari sejenak kita pikirkan, adakah di dunia ini seorang wanita yang rela mempertaruhkan nyawa untuk selain dirinya? Pernahkan kita mendengar seorang wanita yang mau menyusui seorang bayi tanpa harus dibayar? Bangun di tengah malam untuk menenangkan bayi itu ketika menangis, membersihkan kotorannya, menggantikan pakaiannya dan merasa sangat sedih dan khawatir ketika bayi tersebut sakit. Dia lah ibu kita yang hingga saat ini tidak pernah lelah memperhatikan dan tidak akan pernah minta balasan.
Pernah juga kah kita mendengar seorang laki-laki yang mau bekerja untuk seseorang tanpa minta digaji? Bukan sebulan, bukan setahun, bahkan bertahun-tahun. Pergi pagi pulang sore bahkan hingga larut malam. Kaki menjadi tangan dan tangan menjadi kaki. Berlumuran keringat di bawah terik matahari, berlomba dengan waktu hanya untuk membesarkan seorang bayi yang ada dalam asuhannya. Dia lah bapak kita yang hingga saat ini tidak pernah lelah untuk berkorban dan tidak pernah minta balasan.
Maka sudah sewajarnya lah kita mentaati kedua ibu-bapak dan bersyukur atas jasa-jasa mereka. Allah SWT telah mengukir perintah untuk taat kepada kedua orang tua di dalam Al Quran. Allah SWT berfirman, “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu-bapaknya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman: 14).
Saudaraku! Jangan sampai kita menyakiti hati kedua orang tua kita dengan cara apa pun. Mungkin kita tidak pernah melakukan tindakan yang kasar terhadap orang tua kita, karena kita sadar itu adalah perbuatan durhaka. Namun terkadang kita tidak sadar, ada hal-hal yang kita anggap sepele namun dapat menyakiti hati keduanya. Seperti perkataan Ah!.. Aduuuh!.. iiih! … dan lain sebagainya, atau dengan gerakan yang sangat seperti memalingkan muka ketika orang tua sedang berbicara, atau merubah raut wajah dari gaya yang biasanya.
Sederhana memang… namun hal-hal yang sederhana seperti itu lah yang harus kita waspadai, karena sekecil apa pun perbuatan durhaka tetap merupakan perbuatan durhaka. Karenanya Allah mengingatkan kita dalam firmannya dengan contoh perbuatan durhaka yang sangat ringan untuk diucapakan namun bobotnya sama dengan perbuatan durhaka yang lain, Allah SWT berfirman, “Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS. Al Isra’: 23).

Jangan pernah memancing kemurkaan mereka, karena kemurkaan mereka akan menimbulkan kemurkaan Allah SWT. Carilah keridoan mereka, dari ridho keduanya akan muncul keridhoan Allah SWT yang menjadikan kehidupan kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Yang menjadikan kehidupan ini selalu dalam ridho Allah. Tiddak ada hal yang paling dirindukan oleh seorang hamba kecuali selalu hidup dalam lindungan dan ridho-Nya. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Keredhoan Allah terletak pada keredhoan kedua orang tua, dan murka Allah terletak pada murka mereka”. (HR. At Tirmidzi). Kemudian Nabi juga berkata, “Siapa saja yang membuat kedua orang tuanya ridho, maka dia telah membuat Allah ridho kepadanya, dan siapa saja yang membuat kedua orang tuanya murka, maka dia telah membuat Allah murka kepadanya”. (HR. Bukhori).
  1. gan dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
  2. Memberi infaq (shodaqoh) kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua.
  3. Mendoakan kedua orang tua. Sebagaimana ayat: (artinya) "Wahai robb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil". Seandainya orang tua masih berbuat syirik serta bid'ah, kita tetap harus berlaku lemah lembut kepada keduanya.
Apabila kedua orang tua telah meninggal, maka yang pertama kita lakukan adalah meminta ampun kepada ALLAH dengan taubat nasuha (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada keduanya di waktu mereka masih hidup, yang kedua adalah menshalatkannya, ketiga adalah selalu meminta ampunan untuk keduanya, yang keempat membayarkan hutang-hutangnya, yang kelima melaksanakan wasiat sesuai dengan syari'at dan yang keenam menyambung tali silaturrohim kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya (diringkas dari beberapa hadits yang shohih).   Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa illam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakunanna minal khasiriin. Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscahya pastilah kami termasuk orang yang rugi.

mencerdaskan anak bukanlah tugas utama sekolah. Tugas sekolah adalah membentuk pribadi yang memiliki integritas moral sangat tinggi, berakhlak mulia dan produktif yang berpijak pada fondasi akidah.
Bersebab pada kuatnya akidah, sekolah juga berkewajiban membakar semangat mereka sehingga akan lahir pemuda-pemuda yang hidup jiwanya dan jelas arah hidupnya. Begitu mereka memiliki motivasi yang kuat dan semangat yang menyala-nyala, maka mereka akan memiliki energy besar untuk mencapai apa yang sungguh-sungguh bermanfaat baginya. Ia memiliki daya tahan untuk terus gigih ketika yang lain sudah mulai berguguran. Ia memperoleh makna atas setiap tindakan yang secara sengaja dilakukannya untuk mencapai apa yang baik dan penting. InsyaAlloh !
Semangat yang berkobar-kobar memungkinkan seseorang mencapai tingkat kecerdasan yang tinggi dan bermanfaat. Saya perlu menambahkan kata bermanfaat, karena kepekaan terhadap apa yang sungguh-sungguh bermanfaat bagi diri sendiri dan umat manusia, hari ini sangat sulit kita dapati (bahkan mungkin pada diri kita sendiri). Sebab, mereka tidak memperoleh pengalaman belajar yang secara sengaja menumbuhkan kepekaan. Alih-alih mengembangkankapasitas mental, anak-anak itu justru mengalami penganiayaan akademik dalam bentuk pembebanan target-target penguasaan secara kognitif materi-materi pelajaran, terutama yang menjadi materi ujian nasional. Padahal penguasaan materi pelajaran seharusnya merupakan akibat saja dari berkobarnya semangat dan kepekaan terhadap apa yang bermanfaat bagi umat manusia.
Inilah yang harus kita tanamkan kepada anak-anak kita. Kita dorong mereka untuk menjadi manusia yang bermanfaat dank arena itu mereka harus bersungguh-sungguh pada hal yang bermanfaat baginya. Ada sebuah hadist yang perlu kita renungkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “ Bersungguh-sungguhlah pada hal yang bermanfaatbagimu, dan mintalah pertolongan kepada Alloh serta jangan merasa lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan: ‘Seandainya (tempo hari) aku melakukan ini, niscaya begini dan begini.’ Katakanlah Alloh telah menakdirkan dan apa yang Alloh kehendaki, maka itu terjadi’. Sesungguhnya kata seandainya akan membuka pintu perbuatan setan.” (Riwayat Muslim).
Ya, bersungguh-sungguhlah pada hal yang bermanfaat bagimu. Tapi mengapa anak-anak tidak peka terhadap apa yang bermanfaat bagi dirinya? Karena sekolah tidak mengajari mereka tujuan hidup, empati dan integritas. Mereka juga tidak belajar merumuskan visi hidup yang jelas. Mereka hanya dipacu untuk berhasil menciptakan nilai bagus saat ujian. Ironisnya, tidak sedikit orang tua maupun sekolah yang masih berorientasi pada ujian, sehingga tidak mendorong anak untuk “belajar” kecuali saat menghadapi ujian.
Mereka tidak mendorong anak haus ilmu dan mengembangkan kecakapan yang bermanfaat. Apa lagi alasan yang menggerakkan diri untuk berbuat sehingga setiap hal jadi bermakna, sangat jarang disentuh.
UNTUK APA PINTAR ?
Para orang tua dan guru sering menyuruh anak belajar agar pintar. Tetapi mereka tidak mengajarkan untuk apa pintar, atau kepintaran itu seharusnya dipergunakan untuk apa. Lebih ironis lagi, pintar itu sama dengan angka 8, angka 9 untuk yang sangat pintar dan 10 untuk yang luar biasa pintar.Darimana angka diperoleh, tidak penting lagi. Dan disinilah bencana itu bermula. Anak belajar melakukan penipuan bernama mencontek – satu bentuk kejahatan yang lebih sering kita sebut kelalaian.
Apa yang ingin saya sampaikan? Sudah saatnya kita merenungkan kembali pendidikan kita. Tugas sekolah adalah mengantarkan anak didik untuk menjadi manusia, mengerti tugas hidupnya, dan mampu memberi manfaat bagi umat manusia. Kita rangsang mereka untuk mampu memegangi nilai hidup yang menggerakkan mereka untuk bertindak, artinya , niali hidup itu haruslah menjadi daya penggerak bagi hidup mereka. Bukan sekedar untiuk menjadi bahan hafalan yang dicerna secara kognitif belaka. Lebih-lebih jika hanya pada tataran kognitif terendah.
Sekedar menyegarkan ingatan, Benjamin S. Bloom membagi secara berjenjang kemampuan kognitif dalam sebuah taksonomi yang dikenal dengan Taksonomi Bloom. Ada enam jenjang, yakni : Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Sintesis, Jenjang tertinggi adalah Penilaian. Kemampuan taraf terendah lebih mengacu pada kemampuan mengingat apa yang telah dipelajari secara tepat. Pada taraf ini, meskipun kemampuan mengingatnya sangat tinggi sehingga mampu menjawab soal-soal yang diajukan, tidak membuat seseorang mampu memahami prinsip-prinsip serta mengembangkan pengetahuan yang telah dimilikinya, sehingga dengan mudah akan mengenali dan menguasai apa-apa yang prinsipnya sama maupun mirip.
Bimbingan belajar intensif umumnya hanya berurusan dengan kemampuan kognitif jenjang terendah. Mereka terlihat pandai, tapi membawa resiko serius, yakni tidak berkembangnya kemampuan kognitif pada jenjang diatasnya. Inilah yang sebenarnya tidak boleh terjadi! Itulah sebabnya sekolah harus berfikir serius bagaimana memacu prestasi siswa tanpa melakukan penganiayaan akademik, yakni proses pembelajaran yang hanya memperhatikan kemampuan kognitif terendah sebagai pembebanan. Sangat berbeda nilainya antara pembebanan dengan motivasi. Mengejar anjing membangkitkan energy ketika nyaris berhasil. Tetapi dikejar anjing sangat menguras tenaga dan membunuh antusiasme, justru ketika berhasil.
Tentu saja bukan berarti ujian akhir nasional (UAN) tidak boleh ada. Jika sekolah memang baik, tidak ada alasan untuk menangis mendengar genderang UAN ditabuh. Justru kita ditantang untuk menunjukkan bahwa pola pendidikan yang kita jalankan, mampu mengantarkan siswa meraih sukses secara akademik. Nilai ujian memang tidak boleh menjadi tujuan. Ini musibah besar kalau siswa belajar di sekolah selama enam atau tiga tahun hanya untuk mengejar nilai tiga mata pelajaran. Tapi UAN merupakan parameter sederhana seberapa baik kita menanamkan dasar-dasar kemampuan akademik pada siswa. Artinya, prestasi cemerlang di UAN hanyalah konskuensi logis pendidikan yang baik.
 Lalu apa yang harus kita lakukan agar anak-anak memilih visi hidup yang kuat? Apa yang harus kita rombak dalam proses pendidikan di sekolah? Apakah perlu melakukan reformasi total pada system pendidikan kita?
Tidak. Reformasi tanpa melakukan perubahan cara pandang dan sikap, hampir pasti tidak akan membawa hasil yang memadahi. Perlu upaya terencana untuk mengubah cara pandang dan sikap pelaksana pendidikan secara keseluruhan, terutama guru, tidak terkecuali orang tua sebagai bagian yang tak terpisahkan.
Wallahu’alam bish shawab
Sumber :
Muhammad Fauzil Adhim
Kolom Parenting, Suara Hidayatullah Edisi Maret 2008
Posted by sekolahalamarridho in Artikel Pendidikan.
add a comment
(Berikut adalah artikel (1) menarik kiriman dari Pak Imam Sardjono, yang beliau kutip dari Mohammad Fauzil Adhim, dan dimuat di Suara Hidayatullah)
Pada suatu hari, Howard Gardner -penemu Multiple Intelegence- pergi ke Singapura. Di sana ia melihat seorang bayi berusia delapan bulan sedang menangis. Untuk menghindari kecemasan si bayi karena bertemu dengan orang dewasa asing, biasanya Gardner menggunakan dua metode. Pertama, dia tidak kontak mata dengan si bayi, namun membiarkan bayi itu untuk mengamati dirinya. Kedua, dia memberikan kacamatanya untuk dimainkan si bayi.
Menurut Gardner, kedua teknik itu selalu efektif utuk bayi-bayi di Amerika. Namun kedua pendekatan ini tidak berhasil bagi bayi ini ia tidak memperhatikan dan tidak mau menyentuh kaca matanya. Ketika kemudian Gardner bertanya pada orang tua di Singapura, ia mendapat jawaban bahwa anak-anak di rumah tidak diizinkan untuk menyentuh atau memainkan benda kecuali mainan. Ada dua alasan, pertama karena terlalu mahal, atau khawatir membahayakn si bayi. Tapi Gardner memikirkan kemungkinan ketiga bahwa anak dipaksa untuk manahan nalurinya untuk menyukai eksplorasi.
Sebagai orang Amerika, ia sangat terkejut dengan larangan tersebut. Berdasarkan pengalaman di negerinya, setiap anak pada usia satu sampai dua tahun selalu diizinkan untukm bermain dengan benda-benda yang ada di sekitar rumah dan orang dewasa biasanya menjauhkan benda-benda yang bisa membahayaknnya. Secara umum, orang Amerika memandang eksplorasi sebagai sebuah kebajikan. Mereka sangat berbahagia ketika anak-anaknya berusaha mengikuti apapun yang dilakukan orang dewasa di sekitarnya.
Ketika Gardner ke Nanjing, China, ia membawa bayi berusia 18 bulan yang ia adopsi dari Taiwan sejak masih bayi. Setiap hari, Gardner selalu mengizinkan Benjamin, sang bayi, untuk memasukkan kunci di hotelnya. Sang bayi selalu merasa senang mencoba, meskipun ia berhasil atau tidak.
Pada suatu kali ada orang China melewati mereka, dan menyaksikan bagaimana Gardner dan istrinya membiarkan Benjamin mencoba memasukkan kunci ke dalam slotnya. Dia memandang dengan pandangan yang kurang setuju, dan berkata, “Kalian orang tua yang tidak berperasaan. Apakah kalian tidak mengerti bagaimana cara membangun kemamouan anakmu. Daripada membiarkan anakmu menjadi frustasi, mengapa tidak diajari bagaimana cara yang benar untuk membuka kunci itu!”
Teguran orang China tersebut, lagi-lagi membuat Gardner tersadar bahwa kecenderungan orang tua di Asia berbeda dengan di negerinya. Di Amerika dan di negara barat lainnya, para orang tua umumnya mendorong anak untuk selalu bereksplorasi, menyelesaikan persoalannya sendiri, dan membiarkan mereka mengatur benda dan segala sesuatunya sendiri. Mereka memandang hal itu sebagai hal positif bagi perkembangan anak-anak, ketika mereka mencoba segala sesuatu, seperti ketika mereka memainkan kaca mata dewasa atau memainkan kunci. Pembangunan dan perkembangan otak anak jauh lebih mahal ketimbang harga benda-benda yang dimainkan itu.
Itulah mengapa wajar jika orang-orang Barat, pada masa ini selalu memimpin dunia dalam mengeksplorasi semesta baik luar angkasa maupun samudra lepas. Bagaimana dengan kita? Bagi setiap bayi, Allah Ta’ala telah menganugrahkan insting untuk menjadi seorang oeneliti bagi dunia sekitarnya baik dengan tangan, kaki, mulut, maupun anggota tubuh lainnya.


Berikut beberapa contoh terapi jus untuk menurunkan tekanan darah tinggi




1. Bahan :
200 gram labu siam
200 gram ketimun
Cara membuat : kedua bahan dicuci dan dipotong-potong, dimasukkan ke dalam juicer, airnya/sarinya diminum.

2. Bahan :
100 gram Seledri jenis kecil
100 gram selada air
100 cc air dingin
Cara membuat : semua bahan dicuci dan dimasukkan ke dalam juicer atau diblender dan disaring, airnya diminum untuk 2 kali sehari, pagi dan sore hari.

3. Bahan :
250 gram belimbing manis yang matang
250 gram semangka
Cara membuat : semua bahan dijus, airnya diminum. lakukan secara teratur 2 kali sehari.

4. Bahan :

250 gram wortel
50 gram seledri
2 siung bawang putih
100 cc air dingin
Cara membuat : semua bahan dijus atau diblender dan disaring, airnya/sarinya diminum.

5. Bahan :
100 gram pisang ambon
150 gram tomat
150 gram jeruk mandarin
100 cc air dingin
Cara membuat : semua bahan diblender, diminum.

6. Bahan :
2 buah mengkudu matang
Cara membuat : mengkudu dijus, sarinya diminum.

7. Bahan :
60 gram pegagan segar
100 cc air matang
Cara membuat : pegagan dicuci bersih, diblender hingga halus, disaring. Diminum airnya.